Rabu, 24 Agustus 2011


4 SEHAT 5 CINTA
0leh : Baharsyah Al-Munir, S.Pd.I
Tubuh kita perlu nutrisi agar mendapat asupan energi yang simbang, sama halnya dengan cinta, perlu nutrisi agar sehat dan berbuah amal soleh. Berikut rumus 4 sehat lima cinta:
  1. TAHU = Pengetahuan
Ilmu adalah lentera yang menerangi kehidupan, petunjuk disaat tersesat, menjadi cahaya tatkala dalam kegelapan, dengan ilmu kita mampu bercahaya dan menerangi orang lain dengan cahaya itu, ilmu adalah kekayaan yang melebihi emas dan permata.
  1. TEMPE = Temperatur Iman Di Jaga
Iman adalah kunci ketenangan, dengannya mampu bertahan disaat badai kesulitan menghadang, takkan tergoyahkan dengan rayuan dunia yang menggiurkan, kekuatan iman bisa mengalahkan segalanya, gunung tinggi akan didaki lautan diseberangi.
  1. TELOR = Teloransi (*baca;toleransi)
Orang yang kaya bukanlah orang yang bergelimang emas permata, akan tetapi banyak manfaat bagi sesame, tebarlah senyuman dari hati yang tulus, sapalah dengan salam, berikan perhatian pada saudara kita, bantulah bagi yang membutuhkan, karena cinta senantiasa menginginkan orang lain bahagia, karena kebahagiaan saudara kita adalah kebahagiaan kita, dan kesedihan saudara kita adalah kesedihan kita.
  1. TERI = Terima Apa Adanya
Bersyukur dengan apa yang dimiliki dan apa yang kita dapatkan, ketika kita mampu mensyukuri nikmat yang kecil, maka kita mampu mensyukuri sesuatu yang besar, namun, jika kita melupakan nikmat yang kita dapatkan, kita tidak akan pernah bersyukur sebesar apapun yang kita dapatkan.
  1. SUSU = Susunlah Agendamu
Hidup bukanlah sekedar hidup tanpa rencana, jangan pernah berkata bagaimana nanti, akan tetapi nanti bagaimana, lakukan evaluasi diri, apa yang telah kita perbuat hari ini agar esok lebih baik.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al Hasr:18)

Manajemen Cinta

dokter cinta..ustad dede baharsyah al-munir
Arti Cinta

Carilah

Cinta itu seperti angin kita tidak dapat melihatnya, Namun dapat merasakannya, terkadang angin bertiup begitu kencangnya membuat kita tak sadarkan diri, maka kita perlu mengetahui arah mata angin agar kita tidak tersesat pada jurang cinta yang membuat kita terlena.

Indah dimata sejuk dihati

Sekilas, Cinta mampu membuat hidup ini terasa indah, yang tak bersayappun terasa terbang, ia mampu menerangi kegelapan meskipun tak bercahaya, Kehadiran-Nya membuat kita menjadi tenang, dengan senantiasa mengurai Asma-Nya

Namun Kadang Kita Terjebak

Orang berdalih Cinta atas nama syahwat, sehingga rasanya hambar, Cinta kadang membuat terlena, sering membuat gundah gulana dan sarang maksiat dan dosa bila cinta tidak sesuai dengan fitrahnya.

Tanamkan

Cinta itu seperti pohon, akarnya menjalar kebumi dengan kuat dan dahannya kelangit, tapi terkadang Cinta menjadi pohon yang kering dan layu, maka Cinta perlu dipupuk, disiram agar akarnya kuat, dahan menjunjung ke langit serta berbuah amal shalih.

Allah Cinta Tertinggi

The real Love Just to Allah forever, Allah azza wa jalla berfirman : “Katakanlah, seandainya kalian mencintai Allah maka ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai kalian.

Sabtu, 20 Agustus 2011

Hikmah Malam Lailatul Qadar

Hikmah Malam Lailatul Qadar

Oleh K.H. Abdullah Gymnastiar

“Sesunguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS al-Qadr [97]: 1-5).

Saudaraku, begitu besar kasih sayang yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Lihattlah kita, manusia, sebagai hamba-Nya dengan tabiat yang sering jatuh bangun dalam lumpur dosa. Namun Allah senantiasa mengasihi dengan memberi kita kemudahan-kemudahan untuk mensucikan diri dari karat-karat dosa dan kemaksiatan. Tak bisa dibayangkan, sebesar apa noda hitam kemaksiatan itu tergores dalam hati, apabila Allah tidak melimpahkan ampunan-Nya yang Maha Luas.

Ramadhan, merupakan salah satu sarana yang Allah berikan kepada kita memperoleh ampunan-Nya. Banyak sekali kelebihan-kelebihan yang Allah berikan kepada hamba-Nya melalui Ramadhan ini, sehingga wajar kalau Rasulullah mengekspresikan keutamaannya dengan perkataan “Apabila umat ini tahu apa yang ada dalam Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan hal itu selam satu tahun penuh.” (HR Tabrani).

Bahkan salah satu malam yang diselimuti keberkahan hanya terdapat pada salah satu malam di bulan Ramadhan. Betapa agungnya Ramadhan sehingga tak ada selainnya yang mendapatkan malam mulia yang lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah saw, bersabda, “Barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadr, niscaya diampuni dosa-dosanya yang sudah lewat. (HR Bukhari dan Muslim)

Banyak penjelasan Rasulullah saw yang sampai pada kita tentang keutamaan-keutamaan malam yang penuh berkah ini. Sebagai malam yang terbaik dan paling barakah diantara malam yang ada, didalamnya Allah telah menjanjikan pada hambanya yang ikhlas dan berharap untuk mendapatkan perlindungan-Nya di hari akhir, akan melipatgandakan sampai 1000 bulan untuk amal-amalan kebaikan yang dilakukan pada malam ini.

Banyak sekali hadist yang menerangkan bahwa kaum muslim hendaklah mencari lailatul qadar diantara tanggal ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan (HR Bukhari) atau tujuh malam terakhir bulan itu (HR Bukhari). Tampaknya bagi kita tidak menjadi persoalan kapan lailatul qadar itu didatangkan, tetapi yang penting adalah menjemput kedatangannya pada setiap waktu dan mempersiapkan diri untuk itu. Mungkin lebih baik jika kita pusatkan perhatian pada kesiapan mental, kejernihan hati, ketulusan jiwa, keadilan pikiran, kepenuhan iman kita, serta totalitas iman dan kepasrahan jiwa kita kepada Allah Azza Wa Jalla.

Karena itulah, Ramadhan dengan lailatul Qadar-Nya sebagai media yang bisa mengantarkan kita pada kesucian. Adalah sangat disunahkan bagi kita untuk berusaha memperolehnya dengan memperbanyak ibadah dan amalan-amalan yang baik. Rasulullah, suatu ketika mengatakan “Barang siapa beramal pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka terampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. Tidak berlebihan memang, kalau Allah menamainya yang kebaikannya melebihi seribu bulan.

Tentu alangkah sombongnya manusia yang sangat membutuhkan pengampunan dari Allah atas perbuatan-perbuatan mereka yang banyak menyimpang, apabila mereka menyia-nyiakan kesempatan emas yang bersifat tak tentu akan mereka dapatkan di masa-masa yang akan datang. Siapa yang bisa menjamin bahwa usia kita akan sampai Ramadhan tahun-tahun yang akan datang. Oleh karena itu merupakan keharusan yang tidak bisa tidak bagi kita, untuk mengejarnya, sehingga janji-janji Allah yang telah ditaburkan itu benar-benar bisa kita dapatkan.

Berangkat dari sini, kita bisa menyikapinya dengan senatiasa mengoptimalkan ibadah kita di 10 malam terakhir dalam bulan yang penuh rahmat ini. Dengan begitu kita tidak khawatir akan terlepas dari malam lailatul qadar. Karena kita mencarinya hanya pada malam-malam tertentu.

Kemudian setelah paparan diatas, kita sebagai hamba Allah yang benar-benar memahami kebenaran kekuasaannya sadar bahwa usaha kita dalam mencari lailatul qadar ini adalah untuk membuktikan dan merealisasikan penghambaan kita kepada Allah Swt, sehingga hal itu mengingatkan kita, seharusnya kita bersama-sama mendekatkan diri kapanpun dan dimanapun, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Semoga Allah Yang Maha Agung, memberi kesempatan kepada kita untuk mengecap, menikmati, dan melampaui malam lailatul qadar pada bulan Ramadhan ini dengan kesungguhan beribadah dan keikhlasan hati.

Saudaraku yang budiman, para ulama menerangkan bahwa hikmah disembunyikannya malam qadar, tidak ditegaskan malamnya, ialah supaya kita berusaha mencarinya, meningkatkan ibadah di setiap malam, membanyakkan doa semoga memperolehnya, sebagaimana yang dilakukan ulam salaf.

Saudaraku yang baik, Rasulullah SAW sengaja memperlihatkan keistimewaan yang ada pada malam kemuliaan (lailatul qadr) yang penuh berkah itu. Karena beliau tahu bahwa dahulu pernah ada seorang lelaki bani Israil yang selama 1000 bulan selalu memakai pedang berjuang dijalan Allah. Karena umur ummatnya tidak ada yang sepanjang itu, maka Allah menurunkan surat Al-Quran yang menerangkan mengenai malam kemuliaan itu: “Sesungguhnya kami menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemulian itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajr” (Al Qadr 1-5).

Al Qadr berarti kemuliaan atau tempat kedudukan yang tinggi, atau dikatakan juga takdir (ketentuan) dan keduanya dianggap benar. Ia merupakan tempat menentukan segala urusan dalam setiap tahun, seperti firman Allah: “Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada suatu malam yang diberkati, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (Ad Dukhan 3-4).

Seribu bulan lebih lamanya daripada 83 tahun (sepanjang umur manusia). Dan melakukan ibadah pada malam itu pahalanya setara dengan melakukan ibadah sepanjang masa. Tentu saja itu merupakan kemurahan. Oleh karena itulah Rasulullah menjadi orang yang paling antusias untuk melakukannya. Demi hal itu beliau melakukan i’tikaf di masjid, seraya melepaskan diri dari segala kesibukan dunia. Beliau bersabda: “Barang siapa melakukan ibadah pada malam kemuliaan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”.

Suatu hal yang perlu diperhatikan mengenai keistimewaan malam kemuliaan ini ialah, bahwa Allah memuliakan segenap manusia dengan cara menurunkan cahaya petunjuk pada malam itu. Karenanya, gelap kesesatan hilang sirna. Pada malam itu Allah menghidupkan hati manusia kalau mereka mau melakukan amal-amal yang saleh. Pada malam itu turun para malaikat dan termasuk juga Jibril.

Satu lagi keistimewaan malam kemuliaan tersebut ialah, kalau peristiwa turunnya malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW membawa wahyu sudah berlalu, maka pada malam kemuliaan itu seakan-akan merupakan rekonstruksinya ataupun demi pembaharuan kesejahteraan bagi manusia. Apabila Jibril waktu itu turun dengan membawa wahyu dan syariat Islam, maka pada malam kemuliaan itu beliau turun lagi setelah mendapat izin dari Rabbnya untuk mengatur segala urusan yang berlaku setahun bagi penghuni bumi. Para malaikat pun ikut turun dengan membawa segenap kesejahteraan. Pada malam itu seolah-olah seluruh dunia tengah terjaga menyambut tanda-tanda kesejahteraan, kedamaian, kebajikan dan keselamatan.

Ini mendorong kita untuk menyuarakan kepada segenap dunia bahwa sesungguhnya agama kita dan misi atau risalah nabi kita, adalah agama dan misi kesejahteraan yang selalu diperbaharui setiap tahunnya.

Malam kemuliaan merupakan karunia yang tiada duanya. Siapapun yang sampai terlambat memanfaatkannya, maka sama halnya ia telah berlaku aniaya terhadap dirinya sendiri. Karena istrinya Aisyah ra, Rasulullah SAW pernah memberikan wasiat:
“Apabila kamu mendapati malam itu (lailatul qadr), maka bacalah do’a ini: Allahumma innaka ‘afqun tuhibbul ‘afwa fa’annii. (Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pengampun, Engkau suka mengampuni, maka ampunilah aku)” (HR Tarmidzi).

Do’a tersebut mencakup segala kebajikan. Masalahnya kalau orang sudah diberikan ampunan, maka jiwa dan raganya akan terpelihara. Ia pun akan dipelihara dari hisab (perhitungan amal) dan siksa, sehingga ia akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Rasulullah SAW sudah menjelaskan kepada para sahabatnya mengenai tanggal dari pada malam lailatul qadr tersebut, yakni disekitar bilangan sepuluh hari yang terakhir pada bulan Ramadhan. Agaknya masalah tersebut tidak perlu diperdebatkan, karena seluruh malam yang ganjil dari sepuluh malam terakhir, terdapat hadist yang memaparkan bahwa malam itu adalah lailatul qadr. Menurut pandangan kami (Athiyah Muhammad Salim), yang tepat ialah bahwa lailatul qadr itu tidak menentu dan berpindah-pindah.

“Ya Allah, tolonglah kami untuk bisa melakukan ibadah pada malam kemuliaan. Berikan kepada kami berkat kebajikannya. Ampunilah kami. Terimalah permohonan kami agar Engkau berkenan membebaskan kami semua dari siksa neraka. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang maha mendengar dan yang maha mengabulkan do’a. Semoga shalawat dan salam sejahtera Allah senantiasa terlimpah bagi hamba dan Rasul-Nya yang mulia Muhammad SAW”.

Rasulullah SAW bersabda: “Perangilah nafsu kamu dengan menahan lapar dan dahaga, karena pahalanya seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah dan tidak ada amalan yang disukai di sisi Allah daripada menahan lapar dan dahaga”. Wallahu a’lam.(*)

Selasa, 16 Agustus 2011

Hikmah Nuzulul Qur'an

Hikmah Nuzulul Qur'an

Written By Admin supiandi_ners agustus 2011


Hikmah Nuzulul Qur'an - Dalam pembahasan Nuzulul Qur'an menurut Berbagai Madzab kita telah mengetahui bahwa Al-Qur'an diturunkan ke Baitul Izzahsecara langsung. Dari Baitul Izzah itulah, Al-Qur'an kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW.

Nuzulul Qur'an yang kemudian diperingati oleh sebagian kaum muslimin mengacu kepada tanggal pertama kali Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW di gua Hira. Jika sebagian besar umat Islam di Indonesia meyakini 17 Ramadhan sebagai tanggal Nuzulul Qur'an, Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfury menyimpulkan Nuzulul Qur'an jatuh pada tanggal 21 Ramadhan.

Lepas dari berapa tanggal sebenarnya, Nuzulul Qur'an dalam arti turunnya Al-Qur'an kepada Rasulullah SAW secara bertahap atau berangsur-angsur itu memiliki beberapa hikmah sebagai berikut:

1. Meneguhkan hati Rasulullah dan para sahabat
Dakwah Rasulullah pada era makkiyah penuh dengan tribulasi berupa celaan, cemoohan, siksaan, bahkan upaya pembunuhan. Wahyu yang turun secara bertahap dari waktu ke waktu menguatkan hati Rasulullah dalam menapaki jalan yang sulit dan terjal itu.

Ketika kekejaman Quraisy semakin menjadi, Al-Qur'an menyuruh mereka bersabar seraya menceritakan kisah para nabi sebelumnya yang pada akhirnya memperoleh kemenangan dakwah. Maka, seperti yang dijelaskan Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfury dalam Rakhiqul Makhtum, Al-Qur'an menjadi faktor peneguh mengapa kaum muslimin sangat kuat menghadapi cobaan dan tribulasi dakwah dalam periode Makkiyah.

Di era madaniyah, hikmah ini juga terus berlangsung. Ketika hendak menghadapi perang atau kesulitan, Al-Qur'an turun menguatkan Rasulullah dan kaum muslimin generasi pertama.

2. Tantangan dan Mukjizat
Orang-orang musyrik yang berada dalam kesesatan tidak henti-hentinya berupaya melemahkan kaum muslimin. Mereka sering mengajukan pertanyaan yang aneh-aneh dengan maksud melemahkan kaum muslimin. Pada saat itulah, kaum muslimin ditolong Allah dengan jawaban langsung dari-Nya melalui wahyu yang turun.

Selain itu, Al-Qur'an juga menantang langsung orang-orang kafir untuk membuat sesuatu yang semisal dengan Al-Qur'an. Nyanta, walaupun Al-Quran turun berangsur-angsur, tidak seluruhnya, toh mereka tidak mampu menjawab tantangan itu. Ini sekaligus menjadi bukti mukjizat Al-Qur'an yang tak tertandingi oleh siapapun.

3. Memudahkan Hafalan dan Pemahamannya
Dengan turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur, maka para kaum muslimin menjadi lebih mudah menghafalkan dan memahaminya. Terlebih, ketika ayat itu turun dengan latar belakang peristiwa tertentu atau yang diistilahkan dengan asbabun nuzul, maka semakin kuatlah pemahaman para sahabat.

4. Relevan dengan Pentahapan Hukum dan Aplikasinya
Sayyid Quthb menyebut para sahabat dengan "Jailul Qur'anil farid" (generasi qur'ani yang unik). Diantara hal yang membedakan mereka dari generasi lainnya adalah sikap mereka terhadap Al-Qur'an. Begitu ayat turun dan memerintahkan sesuatu, mereka langsung mengerjakannya. Interaksi mereka dengan Al-Qur'an bagaikan para prajurit yang mendengar intruksi komandannya; langsung dikerjakan segera.

Diantara hal yang memudahkan bersegeranya para sahabat dalam menjalankan perintah Al-Qur'an adalah karena Al-Qur'an turun secara bertahap. Perubahan terhadap kebiasaan atau budaya yang mengakar di masyarakat Arab pun dilakukan melalui pentahapan hukum yang memungkinkan dilakukan karena turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur ini. Misalnya khamr. Ia tidak langsung diharamkan secara mutlak, tetapi melalui pentahapan. Pertama, Al-Qur'an menyebut mudharatnya lebih besar dari manfaatnya (QS. 2 : 219). Kedua, Al-Qur'an melarang orang yang mabuk karena khamr dari shalat (QS. 4 : 43). Dan yang ketiga baru diharamkan secara tegas (QS. 5 : 90-91).

5. Menguatkan bahwa Al-Qur'an benar-benar dari Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji
Ketika Al-Qur'an turun berangsur-angsur dalam kurun lebih dari 22 tahun, kemudian menjadi rangkaian yang sangat cermat dan penuh makna, indah dan fasih gaya bahasanya, terjalin antara satu ayat dengan ayat lainnya bagaikan untaian mutiara, serta ketiadaan pertentangan di dalamnya, semakin menguatkan bahwa Al-Qur'an benar-benar kalam ilahi, Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

Demikianlah, sebagian hikmah Nuzulul Qur'an, diturunkannya Al-Qur'an secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW. Wallahu a'lam bish shawab. [Muchlisin. Maraji: : مابحث في علوم القران karya Syaikh Manna Al-Qaththan, رحيق المختوم karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, dan معالم في الطريق karya Sayyid Quthb]

supiandi_fahri

17 AGUSTUS DAN 17 RAMADHAN


“Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17,”ujar Bung Karno kepada para pemuda yang memaksanya cepat-cepat memproklamirkan republik Indonesia.
“Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, tanggal 16?” tanya Sukarni, seorang pemuda yang menginginkan kemerdekaan secepatnya.


“Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Qur’an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,”jawab Bung Karno yang insinyur teknik sipil dari ITB itu.
Demikianlah antara lain dialog antara Bung Karno dengan para pemuda di Rengasdengklok sebagaimana ditulis Lasmidjah Hardi ( 1984:61 ).
Tanggal 17 Agustus 1945 (8/9 Ramadhan 1364 Hijriah) memang tidak bertepatan dengan 17 Ramadhan yang diyakini oleh kebanyakan ulama sebagai hari pertama turunnya Al-Qur’anul Kariim (Nuzulul Qur’an), namun tanggal atau angka tersebut dianggap suci atau keramat yang dipilihkan Allah SWT kepda Bangsa Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaannya, kita mencoba menkaji hikmah dibalik tanggal yang dikeramatkan tersebut.

Makna Dibalik Angka 17
Angka 17, dibangun dari angka satu (1) dan tujuh (7) yang menggambarkan banyak hal penting. Pertama, angka 1 adalah angka Tuhan itu sendiri, yang menandakan keberadaan ke-Esa-an Tuhan agama-agama samawi. Sementara angka tujuh diistimewakan sehingga Tuhan menciptakan tujuh hari dalam satu putaran pekan dan langit dibuat berlapis tujuh.
Seorang ilmuwan Jerman terkemuka, Annemarie Schimmel yang terkenal sebagai ahli sufi Islam dan telah meneliti secara mendalam tentang rahasia angka-angka dalam dunia Islam dan peradaban manusia, dalam bukunya berjudul “The Mystery of Numbers” pada 1993 yang diterjemahkan dengan judul “Misteri Angka-angka dalam Berbagai Peradaban Kuno dan Tradisi Agama Islam, Yahudi dan Kristen” (Pustaka Hidayah, 2006), mengatakan: “Angka 7 telah memesona manusia sejak zaman dahulu kala. Angka ini dipercaya mengandung unsur magis paling tinggi,”
Tidak heran, catatnya, peristiwa-peristiwa penting di alam raya ini jatuh pada tanggal yang dibangun dengan kombinasi angka tujuh atau kelipatannya. Mislanya, 17 Ramadhan sebagai hari diwahyukannya al-Quran pertama kali, jumlah rakaat dalam lima waktu shalat sebanyak 17 kali dan sebagainya.
Demikianlah, angka melahirkan numorlog sejak Pythagoras (abad 6 SM), Plato (350 SM) hingga generasi Annemarie Schimmel (2000-an). Dalam khazanah keilmuan Islam juga dikenal Nabi Yusuf as, ahli perbintangan yang dengan hitungan angka-angkanya secara cermat dapat menentukan jatuhnya musim. Juga Imam Ghazali (tahun 1000-an) yang dapat menciptakan kombinasi angka-angka Arab dalam wifiq (rajah).
Sejarah panjang ilmu angka (numorlogi) membuktikan, dipercaya atau tidak, bahwa penggalian ilmu pengetahuan tentang hal ini memang sudah ada sejak dahulu kala. Di antara tafsir angka itu ada yang menyatakan: angka 1 mewakili karakter orang yang aktif, kuat, berinovasi, berbakat memimpin, sebaliknya angka 2 untuk mereka yang pasif, lemah dan suka sebagai pengikut.
Angka 3 cerdas, kreatif, beruntung, dan selalu berhasil, berlawanan dengan angka 4 yang bodoh, kurang kreatif, kurang beruntung, mudah gagal. Jiwa petualang namun rapuh ada pada angka 5, tidak akan dimiliki angka 6 yang sangat mapan. Kemisteriusan dan kesenangan menarik diri dari keramaian dunia milik angka 7, sangat berentangan dengan jiwa angka 8 yang senang terlibat urusan duniawi dan materialisme. Terakhir angka 9 yang mewakili hasrat pencapaian kestabilan mental & spiritual.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan keistimewaan angka 17 dan keyakinan mistis, Bung Karno yakin Indonesia hanya dapat keluar dari belenggu penjajahan pada tanggal 17, bukan di tanggal lain. Percaya atau tidak percaya, faktanya dengan fasilitas serba terbatas dan disiapkan dalam tempo semalam suntuk saja, pada pukul 04.00 WIB, saat fajar menyingsing, ketika waktu sahur puasa Ramadhan pada tanggal 17 Agustus 1945 berakhir, naskah proklamasi selesai ditulis dan dibacakan pada siang hari, pukul 10.00 WIB.


17 Agustus dan Bulan Ramadan
Tahun ini tanggal 17 Agustus 2011 bertepatan dengan 17 Ramadhan 1432 H.
Lantas, apa hubungannya antara 17 Agustus dengan 17 Ramadhan?

Pada bulan Ramadhan, banyak terjadi peristiwa-peristiwa besar yang telah banyak merubah sejarah dunia, terutama bagi umat muslim. 17 Ramadhan misalnya. Pada tanggal itu terjadi peristiwa turunnya kitab suci Al Qur’an pertama kali (surat Al- Alaq 1 - 5) kepada nabi Muhammad SAW. Kemudian di tanggal ini juga, umat islam pertama kali melakukan pertempuran besar dan berperang melawan musuh-musuhnya, yaitu orang-orang kafir Quraish. Perang itu kenal dengan nama Perang Badar. Nabi Muhammad SAW bersama pasukannya berhasil mengalahkan pasukan kafir Quraish yang jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak. Peristiwa itulah yang membuat Islam kemudian dikenal luas hingga keseantero jazirah Arab dan menjadi tonggak awal dari pernyebaran Islam hingga sampai sebesar sekarang.
Bagaimana di Indonesia? peristiwa besar apa yang terjadi di negara Indonesia di bulan Ramadhan?
Sungguh luar biasa. Peristiwa terbesar bagi sejarah bangsa Indonesia terjadi tepat di bulan Ramadhan atau tepatnya antara tanggal 9 Ramadhan 1364 H (http://sejarah.kompasiana.com/2011/08/14/17-agustus-45-tidak-bertepatan-dengan-17-ramadhan/). Peristiwa dimana kita memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia kepada seluruh dunia. Tentu keterkaitan antara keduanya menjadi berkah tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Setelah perjuangan melawan penjajahan selama berabad-abad, dengan mengorbankan harta, jiwa dan raga, akhirnya kita berhasil memerdekakan diri. Ir. Soekarno dan Moch. Hatta mewakili bangsa Indonesia membacakan teks proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Sejak peristiwa itu, Indonesia menjadi negara merdeka dengan mimpi dan harapan bisa menjadi bangsa yang besar seperti yang diharapkan oleh para pejuang yang dulu mempersembahkan kemerdekaan.
Terdapat makna tersendiri dari beberapa peristiwa tadi bawasanya kendati sedang dalam bulan puasa Ramadhan, mereka (Nabi Muhammad beserta pejuang-pejuang lainnya) tetap terus berjuang tanpa mengenal lelah. Namun apa sebenarnya yang membuat mereka memiliki kekuatan sebesar itu padahal mereka dalam kondisi berpuasa?
Kepercayaan terhadap kekuatan Allah SWT adalah kunci utama dari keberhasilan perjuangan mereka. Di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist dijelaskan bahwa barang siapa yang berjuang dijalan Allah, Allah akan selalu memberikan ridho dan kekuatan luar biasa dan tak terduga kepada mereka. Hal itu terbukti bagaimana 313 orang pasukan yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW dapat menumbangkan 1000 orang pasukan dari kaum kafir Quraish. Bagaimana para pejuang bangsa Indonesia dengan hanya menggunakan bambu runcing dan dengan segala keterbatasan bisa meraih kemerdekaan dan melawan penjajah yang nyata-nyata lebih kuat dan lebih hebat dari kita. Hal itu tidak akan mungkin terjadi tanpa bantuan dari-Nya. Mustahil! Alasan inilah krianya dalam dalam Pembukaan UUD 1945 tertulis, "Dengan berkat Rahmat Allah SWT…." Sebagai ungkapan yang jujur dan tulus dari kesadaran hati yang murni para Pahlawan kita bahwa Proklamasi 17 Agustus hanya bisa diperoleh atas berkat rahmat Allah SWT.

Tanpa rahmat, kasih sayang Allah SWT, sangat tidak mungkin kemerdekaan ini akan diraih. Jenderal mana yang berani bertaruh, bambu runcing bisa mengalahkan meriam? Ahli strategi perang mana yang berani menjamin bahwa tentara dadakan mampu bertempur dan menang melawan tentara Belanda yang profesional?

Para pejuang kita dahulu, yang walaupun tidak semuanya namun sebagian besar adalah umat Islam. Mereka sadar bahwa penjajahan di negeri ini merupakan ujian yang sangat ampuh untuk menempa keimanan kepada Allah SWT. Maka mereka selain bergerilya keluar masuk hutan membawa bambu runcing dan senjata seadanya, tapi mereka juga penuh dengan kesabaran, istiqomah, riyadloh, bermunjat, memohon kepada Allah SWT agar bangsa ini keluar dari cengkeraman penjajah.
Seiring dengan berjalannya waktu, kesabaran dan keistiqomahan para Pahlawan kita terus berjuang lahir maupun batin, fisik maupun psikis dan tentu hubungan vertikal, riyadloh, munajat dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT tak pernah henti. Kiranya Allah SWT mengabulkan dan meridhoi perjuangan serta munajat para Pahlawan kita. Tepat tanggal 17 Agustus 1945 Allah anugerahkan rahmatnya kepada bangsa Indonesia untuk memproklamirkan diri menjadi bangsa dan negara yang merdeka.
Mari kita ambil semangat tak pernah menyerah, kesabaran, keistiqomahan, serta riyadhah dan munjat yang sungguh-sungguh dari para Pahlawan kita, untuk membangun bangsa dan negara Indonesia tercinta ini, sesuai dengan porsi dan posisi kita masing-masing.
Pada kesempatan Bulan Suci Ramadhan ini pula, mari kita berusaha semaksimal mungkin untuk memerangi nafsu yang telah menjajah diri kita. Karena hanya dengan bermunajat dengan sungguh-sungguh (mujahadah) dan memperbaiki amal ibadah kita sehari-hari, nafsu dapat kita taklukkan untuk kita bawa meraih hidayah(petunjuk kebenaran) dan Ridha-Nya. (Imam Ghazali, Ihyaa ‘Ulumuddin)
Sehubungan dengan hal tersebut, Hadratul Mukarram Mbah Kyai H. Abdul Madjid Ma’roef QS wa RA, Mu’allif Shalawat Wahidiyah memberikan tuntunan dan mengintruksikan kepada seluruh Pengamal Shalawat Wahidiyah di mana pun berada untuk melaksanakan Mujahadah Waktiyah Memperingati Hari Kemerdekaan RI pada setiap tanggal 16 malam 17 Agustus. Mujahdah (pengamalan shalawat wahidiyah) tersebut dimaksudkan untuk mendo’akan seluruh pahlawan yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, juga untuk mendo’akan seluruh bangsa dan negara Indonesia agar menjadi negara yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuur.

اللهم بارك فيما خلقت وهذه البلدة ياالله ، وفى هذه المجاهداة ياالله
“Yaa Allah limpahkanlah berkah di dalam semua makhluq yang Engkau ciptakan, dan berkahilah pula negeri ini yaa Allah, dan berkahi pula mujahdah (doa) ini yaa Allah”




Wallaahu a’lam bish-shawab…

Senin, 23 Mei 2011

Memahami Makna Ibadah

Memahami Makna Ibadah

Ibadah artinya tunduk dan patuh secara total kepada Allah. Bukan hanya tunduk secara ritual melainkan juga tunduk secara sosial. Sayangnya makna ibadah ini selalu dipersempit kepada wilayah ritual saja. Mana yang lebih penting? Keduanya!

Jangan karena rajin melakukan ibadah ritual, maka ibadah muamalah ditinggalkan. Atau sebaliknya, karena sibuk ibadah muamalah (berdagang) maka dia meninggal ibadah ritual yang justru sebagai pokok ibadah, yaitu shalat.

Ibadah juga tidak hanya yang disebutkan dalam rukun Islam saja. Itu adalah rukun, tetapi masih banyak ibadah-ibadah yang harus dan bisa kita lakukan. Silahkan buka al Quran dan hadits, setiap kita menjalankan perintah itu adalah ibadah. Setiap kita meninggalkan apa yang dilarang, itu juga ibadah.

Dakwah juga ibadah. Bukan tugas ajengan, kiai, ustadz, mubaligh, atau ulaman saja. Tetapi tugas semua orang Muslim. Artinya Anda pun memikul kewajiban untuk berdakwah. Begitu juga, berdakwah itu bukan hanya ceramah saja. Ceramah adalah bagian dakwah, tetapi masih ada bentuk-bentuk dakwah lainnya.

Agar Anda lebih sempurna dalam ibadah, maka kita harus terus-menerus meningkatkan ilmu tentang agama agar kita mengetahui apa saja ibadah yang bisa dan harus dilakukan oleh kita. Kemauan kita mempelajari agama adalah ciri seseorang yang memahami makna motivasi hidup sejati.

Silahkan renungkan, sejauh mana Anda mau mempelajari agama. Memahami apa saja yang diperintahkan dan apa saja yang dilarang. Sejauh mana Anda membaca hadits dan Al Quran? Sejauh mana Anda belajar tata cara ibadah dan hukum Islam kepada para ahlinya?

Motivasi hidup juga bukanlah agar kita berguna untuk sesama. Tidak, bukan itu. Berguna bagi sesama bukanlah motivasi hidup sejati, kecuali diiringi dengan niat karena Allah. Jika niat karena Allah, maka berguna bagi sesama adalah bagian dari ibadah yang tentu saja ada aturannya dalam Islam. Artinya, jika Anda ingin berguna bagi sesama, setelah niat, Anda harus melakukannya sesuai dengan tuntunan Al Quran dan hadits. Karena itu syarat ibadah, niat dan syar’i.

Tidak, tidak ada motivasi hidup yang lain. Hanya untuk beribadah kepada Allah. Bukan untuk kesenangan, bukan untuk popularitas, bukan juga untuk harta dan kekayaan. Inilah motivasi hidup hakiki.

motivasi hidup

Motivasi Hidup: Ibadah Driven Action

Artinya semua tindakan kita digerakan dalam rangka ibadah kepada Allah. Ibadah adalah penggerak, ibadah adalah motivasi. Tidak ada yang kita lakukan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah. Bukan untuk yang lain.

Pertama: Jadikan, semua yang kita lakukan saat ini menjadi bernilai ibadah. Tapi hati-hati, ada berbagai tindakan yang tidak bisa diubah menjadi ibadah yaitu tindakan yang nyata-nyata perbuatan maksiat. Untuk tindakan maksiat, harus dihentikan dan diganti dengan ibadah. Untuk mengganti tindakan “biasa” menjadi tindakan ibadah ialah dengan dua cara:

  1. Niatkan sebagai ibadah
  2. Lakukan dengan cara yang sesuai syariat

Kedua: Ketahui apa saja ibadah yang harus kita lakukan dan lakukanlah sebisa mungkin. Ketahuilah apa yang dilarang dan jangan lakukan.

Mudah-mudahan kita semua menjadi pribadi yang hidup dengan motivasi hidup sejati ini. Inilah moto hidup kita: Hayatuna kuluha ibadah = hidup kita seluruhnya adalah ibadah.